Jumat, 15 Juli 2011

Working Radius dan Working Height

Dalam beberapa kasus hal tersebut kadang – kadang  seorang operator crane tidak dapat menolak pekerjaan karena ternyata pekerjaan tersebut sangat urgent atau bahkan  mungkin akan terdapat bahaya yang lebih besar bila tidak dikerjakan dengan  secepatnya.
Bagi management perusahaan  tak kalah peliknya juga permasalahan,  sebuah pekerjaan urgent  yang tidak dikerjakan akan menimbulkan kerugian sangat besar bila tidak dapat dilaksanakan dengan cepat tanpa harus menunggu perbaikan/ penggantian LMI dan kalibrasi.  Untuk itu perlu dicari solusi terbaik, di mana perusahaan tidak rugi, namun operator crane tetap bisa bekerja dengan selamat.
Dalam kesempatan ini  kami akan sampaikan cara –cara pengoperasian  tanpa menggunakan Limit Moment Indicator (LMI)
1.       Usahakan  sesedikit mungkin  gerakan crane
2.       Hitung secara cermat beban yang akan diangkat dengan crane
3.       Berikan  additional  safety factor untuk menghindar agar tidak terjadi overload beban.
4.       Gunakan  manual load chart.
Tanpa menggunakan LMI memang  banyak kesulitan akan dihadapi  terutama  karena  operator tidak bisa mengetahui dengan pasti ketinggian ujung  boom dan radius kerja crane. Namun dengan penggunaan perhitungan kalkulator dan manual boom angle indicator hal itu bisa dihitung dengan cermat. Ketepatan dalam menghitung  radius kerja  dan  boom height sangat diperlukan.
Radius kerja crane bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut

R  =  RAF  X  BL  ±  C

Keterangan:
R             =Working Radius
RAF        =Radius Angle Factor
BL           = Boom Length
C             = Constanta  (jarak pangkal boom  dengan titik tengah meja putar/turn table)
±             = plus, bila  pangkal boom berada di depan  turn table, lattice boom
      minus, bila pangkal boom berada di belakang turn table, hydraulic boom
                   Sementara itu  ketinggian ujung boom bisa dihitung  dengan rumus

H  =  HAF  X  BL  + C

Keterangan  :
H             =  Height/ tinggi boom tip
HAF        =  Height Angle Factor
BL           =  Boom Length
C           =  Constanta (jarak pangkal boom/ boom butt ke landasan crane / base)

Table  RAF  dan HAF
Angle            RAF                HAF
30◦                     0.8660                   0.5000
35◦                     0.8192                   0.5735
40◦                     0.7660                   0.6428
45◦                     0.7071                   0.7071
50◦                     0.6428                   0.7660
55◦                     0.5736                   0.8192
60◦                     0.5000                   0.8660
65◦                     0.4226                   0.9063
70◦                     0.3420                   0.9397
75◦                     0.2882                   0.9659
80◦                     0.1736                   0.9848


Contoh permasalahan

Sebuah crawler/lattice crane dioperasikan dengan panjang boom 100 feet (30.48 meter) dan sudut 65 derajat, C (jarak boom butt terhadap center turn tabe)  5 feet (1.524 meter) dan jarak boom  butt terhadap landasan crane 3.5 feet (1.07 meter), maka perhitungannya sebagai berikut:

Radius  = (0.4426  X  100) + 5 =  44.26 + 5   =  49.26 feet (15.01meter)
Height  = (0.9063  X  100) + 35 = 90.63 +3.5 =  94.13  feet (28.69 meter)

Demikianl;ah, apabila  kita sudah  memperoleh  hasil dimaksud, maka dengan mudah kita dapat mencari  SWL (Save Work Load) di dalam load chart yang ada di dalam crane tersebut.  Demikian, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi teman – teman operator crane. Sumbang saran  saya tunggu dari teman – teman.

Selasa, 12 Juli 2011

Kerusakan Boom Lattice



Sudah jamaknya, pada  setiap peralatan akan  terjadi kerusakan. Demikian pula crane. Namun kerusakan – kerusakan itu dapat diminimalisasi. Untuk itu diperlukan perawatan khusus untuk memperpanjang umurnya.
Berbicara masalah crane, boom merupakan satu bagian yang sangat vital.  Untuik itu diperlukan  perawatan yang sangat teliti agar  kesalahan  tidak akan terulang, atau bahkan menghindar sebelum kerusakan itu terjadi. Beberapa kerusakan yang sering terjadi pada boom antara lain
1.      Bengkok pada frame atau kisi (lattice)
2.      Retak (crack)
3.      Korosi / karat / aus

1.      Bengkok.
Menurut pengalam yang penulis alami dan  dari beberapa crane operator/ crane supervisor, bengkok pada boom disebabkan beberapa hal seperti tersentuh benda lain dengan keras,  kesalahan pernyimpanan dan kesalahan dalam pengangkutan.

Apabila kerusakan sudah terjadi kita tidak dapat menghindar, namun kerusakan  tersebut bisa dicegah dengan penanganan yang ekstra hati – hati. Penggunaan crane jangan terlalu dipaksakan. Bila memungkinkan, tempatkan crane  jauh dari benda yang  dapat tersenggol. Namun apalah daya bila ternyata lahan operasi kerja terlalu sempit dengan  sudut swing terbatas seperti lifting over pipe rack, di antara coloumn atau susunan  container bila berkerja di terminal container.

Pada saat penyimpanan bengkok bisa terjadi, pada umumnya bila landasan  tidak rata.  Namun yang paling banyak terjadi bengkok pada boom banyak terjadi pada saat pengangkutan / pemindahan. Mungkin karena tersodok forklift,  terjatuh, ataupun karena pengikatan yang terlalu keras. Dalam beberapa kasus, bengkok karena beberapa hal di atas menjadi sangat serius.

2.      Retak.
Selain karena faktor umur, keretakan  boom paling banyak terjadi karena penggunaan pin yang tidak standard pada proses penyambungan sehingga menyebabkan getaran berlebihan  ketika kita harus memukul pin yang ada.  Pemasangan pin dengan diameter terlalu besar akan menyebabkan  boom flange retak. Pada umumnya ukuran  pin lebih kecil antara 25 hingga 300 mikron disbanding ukuran hole. Kemungkinan lain, ada benda asing  menempel di dalam  hole seperti kotoran yang mengakibatkan  diameter hole mengecil.
Apabila crack terjadi pada sambunmgan antara kisi dengan frame,  kemungkinan besar yang terjadi adalah proses welding di luar standard. System   pengelasan kisi boom akan dibahas tersendiri.

3.      Korosi / karat /aus
Walaupun ada perbedaan makna, di sini penulis tidak memisahkan  antara korosi dan aus karena efeknya sama, yakni pengecilan diameter. Ada dua kemungkinan penyebab aus pada boom. Pertama karena  pekerjaan, biasanya terjadi pada kisi bagian atas. Keausan terjadi karena pergesekan antara kisi dengan wire rope. Apalagi bila crane diopeasikan dengan sudut rendah.

Namun yan g sering terjadi, keausan karena karat berlebihan pada saat penyimpanan. Beberapa kali penulis menjumpai korosi  dan karat   disebabkan penyimpanan boom di tempat terbuka  sehingga akan terpapar panas dan hujan secara simultan. Apalagi bila tempat penyimpana sangat dekat dengan laut. Partikel garam yang terbawa angin laut akan mempercepat terjadinya karat dan selanjutnya akan terjadi pengecilan diameter yang akan mengurangiu kemampuan angkatnya.  Selain partikel garam, keasaman yang terlalu tinggi akan mempercepat korosi dan aus.

Satu hal lagi, kroosi akan cepat terjadi  di daerah dengan  “debu khusus” seperti Dewatering Plant Port Site PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusza Tenggara (debu tembaga), Lokasi PT Inco di Soroako Sulawesi Selatan (debu nickel), Gunung Bayan, Adaro, Sangatta, Satui di Kalimantan (debu batu bara) atau Tanjung Balai  Karimun (debu granit).

Di beberapa tempat tersebut diperlukan perlakuan khusus dengan pembersihan secara berkala agar tidak terlalu banyak debu menempel di boom dan akan mempercepat korosi.

Terakhir, hal yang perlu diketahui pula, sering terjadi bagian  yang telah terkelupas catnya hanya ditutup dengan cat seadanya tanpa dibersihkan, apalagi pengolesanm anti karat yang baru. Hal demikian sangat membahayakan karena karat akan terjadi tanpa terlkihat dan akan menggerogoti  bagian boom  dari dalam.